fbpx

Mama mungkin pernah mendengar tentang bayi IUFD. IUFD atau Intrauterine Fetal Death adalah kondisi di mana janin meninggal di dalam kandungan setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu atau lebih. Kondisi ini berbeda dengan keguguran, yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Bayi IUFD juga disebut dengan stillbirth atau lahir mati.

Sebuah penelitian menunjukkan Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah kematian Ibu dan bayi baru lahir tertinggi di dunia, terdapat 2 Ibu dan 6 bayi neonatal atau bayi baru lahir meninggal setiap harinya di Indonesia. Apa penyebab dan gejalanya? Bagaimana cara mencegah dan menanganinya? Yuk, cari tahu lebih lanjut!

Penyebab Bayi IUFD

Sebuah studi menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, antara lain:

  1. Gangguan pada plasenta, seperti solusio plasenta (plasenta lepas dari dinding rahim) atau plasenta yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga mengurangi pasokan oksigen dan nutrisi ke janin.
  2. Kelainan genetik atau kromosom pada janin, yang menyebabkan organ vital janin tidak berkembang dengan baik.
  3. Gangguan pertumbuhan janin, yang membuat janin lebih rentan mengalami asfiksia (kekurangan oksigen) di dalam kandungan atau saat persalinan.
  4. Penyakit infeksi pada Ibu hamil, seperti bakteri Streptokokus grup B, listeriosis, toksoplasmosis, rubella, malaria, sifilis, atau HIV, yang dapat menular ke janin dan menyebabkan kerusakan pada organ atau sistem imun janin.
  5. Kondisi medis tertentu pada Ibu hamil, seperti diabetes, hipertensi, gangguan imunitas, atau preeklamsia, yang dapat mengganggu aliran darah ke plasenta atau janin.
  6. Faktor usia dan pola hidup yang buruk pada Ibu hamil, seperti usia lebih dari 35 tahun atau kurang dari 15 tahun, obesitas, merokok, atau mengonsumsi minuman beralkohol saat hamil.
  7. Gangguan pada tali pusat, seperti tali pusat terlilit di leher janin, tali pusat pendek, atau tali pusat putus.
  8. Cedera pada Ibu hamil atau janin, akibat kecelakaan, kekerasan, atau trauma fisik atau psikologis.
  9. Durasi kehamilan lebih dari 42 minggu, yang dapat menyebabkan plasenta menua dan berkurang fungsinya.

Tanda dan Gejala Bayi IUFD

Beberapa tanda dan gejala bayi IUFD yang dapat dirasakan oleh Ibu hamil adalah:

  • Tidak merasakan gerakan janin dalam kandungan selama beberapa jam atau lebih dari 24 jam.
  • Perdarahan dari vagina, yang dapat disertai dengan nyeri perut atau kontraksi rahim.
  • Keluarnya cairan ketuban dari vagina, yang dapat berwarna hijau, kuning, atau coklat, karena adanya kotoran janin (mekonium) di dalamnya.
  • Penurunan berat badan atau ukuran perut Ibu hamil, yang menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Jika Mama mengalami salah satu atau beberapa tanda dan gejala di atas, segera hubungi dokter atau bidan untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat, ya.

Baca juga: 3 Cara Mengatasi Bayi Sembelit saat MPASI

Diagnosis Bayi IUFD

Melansir laman SehatQ, untuk mendiagnosis bayi IUFD, dokter atau bidan akan melakukan beberapa pemeriksaan, antara lain:

  • Pemeriksaan fisik, untuk mengevaluasi kondisi Ibu hamil dan janin, seperti denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan ukuran perut.
  • Ultrasonografi (USG), untuk melihat gambaran janin dalam kandungan, seperti bentuk, ukuran, posisi, gerakan, denyut jantung, dan kondisi plasenta dan tali pusat.
  • Pemeriksaan darah, untuk mengukur kadar hormon, gula darah, zat besi, dan faktor pembekuan darah pada Ibu hamil, serta untuk mendeteksi adanya infeksi atau kelainan genetik pada janin.
  • Pemeriksaan amniosentesis, yaitu pengambilan sampel cairan ketuban dengan menggunakan jarum yang dimasukkan melalui perut ibu hamil, untuk menganalisis kondisi genetik, kromosom, dan infeksi pada janin.

Penanganan Bayi IUFD

Penanganan bayi IUFD tergantung pada usia kehamilan, penyebab, dan kondisi kesehatan Ibu hamil. Ada beberapa cara penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Induksi persalinan

Cara ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim dan membuka jalan lahir, sehingga janin yang sudah meninggal dapat dilahirkan secara normal.

Pilihan ini biasanya dilakukan jika usia kehamilan sudah lebih dari 37 minggu atau jika ada komplikasi yang mengancam nyawa Ibu hamil, seperti infeksi atau perdarahan hebat.

2. Tindakan operasi

Tindakan ini dilakukan dengan cara pengangkatan janin yang sudah meninggal melalui sayatan di perut Ibu hamil, yang disebut dengan seksio sesarea. Pilihan ini biasanya dilakukan jika usia kehamilan masih kurang dari 37 minggu atau jika induksi persalinan tidak berhasil atau berisiko tinggi.

3. Penundaan persalinan

Cara penanganan lainnya yaitu dengan menunggu hingga janin yang sudah meninggal keluar dengan sendirinya dari rahim, tanpa pemberian obat-obatan atau tindakan operasi.

Pilihan ini biasanya dilakukan jika usia kehamilan masih kurang dari 24 minggu atau jika Ibu hamil memilih untuk tidak melakukan induksi persalinan atau operasi. Namun, pilihan ini memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi, perdarahan, atau gangguan pembekuan darah pada Ibu hamil Mam..

Baca juga: 4 Tips Mencegah dan Mengobati Biang Keringat pada Bayi

Pencegahan Bayi IUFD

Dilansir dari Halodoc, ada beberapa hal yang dapat Mama lakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini, antara lain:

  • Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan teratur, untuk memantau kondisi kesehatan ibu hamil dan janin, serta mendeteksi adanya gangguan atau komplikasi yang dapat menyebabkan bayi IUFD.
  • Mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang, serta menghindari makanan yang dapat menyebabkan infeksi, seperti daging mentah, telur mentah, susu mentah, atau keju lunak.
  • Menghindari stres, kelelahan, atau aktivitas fisik yang berlebihan, karena dapat memicu kontraksi rahim atau perdarahan yang dapat menyebabkan bayi IUFD.
  • Mengonsumsi suplemen asam folat, zat besi, kalsium, dan vitamin sesuai anjuran dokter, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.
  • Menghindari rokok, alkohol, narkoba, dan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter, karena dapat mengganggu aliran darah dan oksigen ke janin, serta menyebabkan kelainan atau kerusakan pada organ janin.
  • Menghindari paparan radiasi, bahan kimia, atau polusi udara yang dapat berbahaya bagi janin.
  • Mengenali dan menghitung gerakan janin dalam kandungan setiap hari, terutama pada trimester ketiga kehamilan, untuk memantau kondisi janin. Jika merasa gerakan janin berkurang atau berhenti, segera hubungi dokter atau bidan.
  • Mengobati penyakit atau infeksi yang diderita oleh Ibu hamil, seperti diabetes, hipertensi, atau infeksi saluran kemih.

Itulah informasi mengenai IUFD atau kematian janin dalam kandungan. Semoga informasi di atas bermanfaat ya, Mam..

Dapatkan Informasi seputar ASI dan menyusui dengan mengunjungi Instagram @mamabearidTikTok @mamabear_id, dan channel YouTube MamaBear Pelancar ASI. Sampai bertemu di artikel edukASI dan inspirASI lainnya!

Sources:

1. Ketahui tentang IUFD, Kematian Janin dalam Kandungan. URL: https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-tentang-iufd-kematian-janin-dalam-kandungan (diakses 22/12/2023)

2. Intrauterine Fetal Demise. URL: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32491465/ (diakses 22/12/2023)

3. Intrauterine Fetal Demise. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557533/ (diakses 22/12/2023)

4. Gambaran Karakteristik Kejadian Intrauterine Fetal Death ( IUFD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang Tahun 2021. URL: https://www.researchgate.net/publication/368683034_Gambaran_Karakteristik_Kejadian_Intrauterine_Fetal_Death_IUFD_di_Rumah_Sakit_Umum_Daerah_RSUD_Berkah_Pandeglang_Tahun_2021 (diakses 22/12/2023)

5. IUFD Adalah Kematian Janin dalam Kandungan, Ketahui Lebih Lanjut. URL: https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-iufd-kematian-janin-dalam-kandungan (diakses 22/12/2023)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *