Halo, Mama..
Saat sedang hamil, tubuh Mama mengalami banyak perubahan, termasuk perubahan pada area kewanitaan. Salah satu hal yang cukup sering dialami oleh Mama hamil adalah keputihan. Nah, wajar nggak sih sebenarnya? Apa bedanya dengan keputihan biasa? Dan kapan Mama perlu konsultasi ke dokter?
Yuk, kita bahas tuntas di sini, Ma, supaya Mama nggak khawatir berlebihan dan tetap percaya diri selama kehamilan.
Penyebab Keputihan Saat Hamil
Keputihan saat hamil biasanya dipengaruhi oleh perubahan hormonal, terutama hormon estrogen yang meningkat drastis. Hal ini menyebabkan produksi lendir di area vagina juga ikut meningkat.
Selain itu, peningkatan aliran darah ke area panggul selama kehamilan juga bisa memicu keluarnya cairan lebih banyak dari biasanya.
Beberapa penyebab umum keputihan saat hamil:
- Perubahan hormon kehamilan
- Peningkatan aliran darah ke vagina
- Infeksi jamur atau bakteri
- Iritasi akibat penggunaan produk pembersih kewanitaan yang tidak tepat
Apa Kata Studi Tentang Keputihan Saat Hamil?
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), keputihan yang berwarna putih susu, tanpa bau, dan tidak disertai gatal atau nyeri merupakan hal yang normal selama kehamilan (ACOG, 2022).
Namun, jika keputihan berubah warna menjadi kuning, hijau, abu-abu, berbau menyengat, atau disertai keluhan seperti nyeri saat buang air kecil, bisa jadi itu tanda adanya infeksi yang perlu ditangani segera.
Sebuah studi dalam Journal of Obstetrics and Gynaecology Research juga menyebutkan bahwa keputihan abnormal selama kehamilan dapat meningkatkan risiko infeksi pada bayi jika tidak ditangani dengan tepat (Okunade et al., 2019).
Baca Juga: Klamidia: Apa Itu, Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahannya
Cara Mengatasi Keputihan Saat Hamil
Jangan panik ya, Ma. Kalau keputihan masih dalam batas normal, Mama bisa melakukan beberapa hal berikut:
- Jaga kebersihan area kewanitaan
Cuci dengan air bersih dan keringkan dengan handuk bersih. - Hindari sabun pembersih yang mengandung parfum
Karena bisa memicu iritasi dan gangguan keseimbangan flora vagina. - Gunakan pakaian dalam berbahan katun
Agar sirkulasi udara lancar dan area kewanitaan tetap kering. - Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari
- Perbanyak konsumsi air putih
Agar tubuh tetap terhidrasi dan lendir di tubuh tetap sehat.
Apa Bedanya Keputihan Saat Hamil dan Keputihan Alami?
Mama, sebenarnya keputihan itu wajar terjadi di luar kehamilan juga. Yang membedakan saat hamil adalah:
Keputihan Alami | Keputihan Saat Hamil |
Warna bening atau putih | Putih susu |
Tekstur encer | Lebih kental atau seperti lendir |
Jumlah sedikit | Lebih banyak |
Tidak berbau | Umumnya tanpa bau menyengat |
Jika keputihan saat hamil mengalami perubahan warna, bau menyengat, atau disertai gatal — itu perlu diwaspadai ya, Ma.
Baca Juga: Serba-Serbi Air Ketuban, Si Cairan Pelindung Bayi
Kapan Mama Harus ke Dokter?
Mama sebaiknya segera konsultasi ke dokter jika mengalami keputihan dengan ciri:
- Warna kuning, hijau, atau abu-abu
- Berbau menyengat
- Disertai rasa gatal atau nyeri
- Jumlah sangat banyak dan terus menerus
- Disertai demam atau nyeri perut bawah
Jangan ragu untuk kontrol, Ma, karena kesehatan area kewanitaan selama hamil penting untuk mencegah risiko infeksi pada bayi saat persalinan.
Tips Tambahan untuk Mama
Konsumsi probiotik alami
Seperti yogurt atau tempe yang baik untuk menjaga flora normal di area kewanitaan.
Keputihan saat hamil itu normal kok, Ma, asalkan tidak disertai gejala mengganggu. Dengan perawatan sederhana dan menjaga kebersihan area intim, Mama bisa tetap nyaman selama kehamilan.
Referensi:
- American College of Obstetricians and Gynecologists. (2022). Vaginal Discharge During Pregnancy. Retrieved from https://www.acog.org/womens-health/faqs/vaginal-discharge-during-pregnancy
- Okunade, K. S., et al. (2019). Prevalence and determinants of abnormal vaginal discharge among pregnant women in Nigeria. Journal of Obstetrics and Gynaecology Research, 45(5), 1015-1023. https://doi.org/10.1111/jog.13967
- World Health Organization. (2023). Breastfeeding. Retrieved from https://www.who.int/health-topics/breastfeeding