Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak hanya berdampak pada keharmonisan suami istri, tapi dampak KDRT juga berpengaruh pada psikis anak, lho. Lalu, apa sih sebenarnya penyebab KDRT? Bisakah Mama dan anggota keluarga lain menyikapi hal ini? Simak selengkapnya pada artikel berikut ini ya, Ma…
Apa itu KDRT?
Dilansir dalam United Nations, kekerasan dalam rumah tangga didefinisikan sebagai pola perilaku kasar terhadap pasangan intim dalam hubungan kencan atau keluarga, di mana pelaku menggunakan kekuasaan dan kendali atas korban.
KDRT dapat berupa tindakan fisik, seksual, emosional, ekonomi, psikologis atau ancaman tindakan yang memengaruhi orang lain, terutama pada si Kecil
Perlu Mama tahu, perilaku dalam KDRT termasuk menakut-nakuti, mengintimidasi, meneror, memanipulasi, menyakiti, mempermalukan, menyalahkan, dan melukai seseorang. KDRT dapat terjadi pada siapa saja dari segala ras, usia, orientasi seksual, agama, atau jenis kelamin.
Memang kebanyakan pelaku KDRT adalah antara suami dan istri. Faktanya, KDRT mungkin saja dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga seperti, orang tua, si Kecil, saudara kandung, kerabat, atau anggota staf dalam rumah.
Kekerasan dalam rumah tangga dapat berujung pada cedera fisik yang serius bahkan kematian. Jika Mama menemui tanda-tanda KDRT, Mama harus berani mengambil sikap, jangan takut dan ragu meminta bantuan terhadap orang lain, terutama pada psikiater dan pihak berwajib ya, Ma…
Apa Penyebab KDRT?
Menurut penelitian American Public Health Association, inilah beberapa faktor penyebab KDRT, antara lain:
1. Faktor budaya
Secara historis, banyak budaya yang mengizinkan pemukulan dan hukuman terhadap perempuan dan anak-anak, karena dipandang yang bertanggungjawab adalah seorang suami.
Oleh karena itu, setiap tindakan atau perilaku seorang istri yang dianggap sebagai tindakan tidak menghormati keluarga akan ditanggapi dengan penghakiman dan pelecehan.
Pentingnya kesetaraan gender diperlukan untuk menghilangkan stigma yang telah ada. Mama harus lebih berani dan punya hak untuk bersikap di depan suami jika memang hal yang dilakukan melanggar norma yang berlaku
2. Faktor hukum
Lembaga penegak hukum cenderung memperlakukan kekerasan dalam rumah tangga sebagai masalah pribadi keluarga dan terkadang ragu untuk mengintervensi atau terlibat.
Padahal pada UU PKDRT sudah dijelaskan, jika menyaksikan KDRT menimpa orang lain adalah dengan mencegah, seperti memisahkan, dan dapat melaporkan ke pihak berwajib.
3. Faktor ekonomi
Kurangnya sumber daya ekonomi sering dikaitkan dengan kekerasan dalam rumah tangga. Mama dan keluarga harus cerdas dalam mengelola keuangan agar penyebab KDRT ini bisa diminimalisir.
Baca juga: 10 Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga yang Efektif
4. Faktor lingkungan
Awasi si Kecil supaya tidak ikut campur atau menyaksikan KDRT ini, Ma! Karena lingkungan yang kasar akan memengaruhi perilakunya saat dewasa nanti.
5. Faktor sosial
Faktor ini juga dapat menjadi penyebab KDRT. Keluarga yang kurang bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar akan mudah melakukan KDRT karena tidak adanya dukungan dan bantuan untuk bisa menyelesaikan permasalahannya.
6. Mengonsumsi zat berbahaya
Penggunaan zat yang berlebihan seperti alkohol dan obat-obatan yang dapat menyebabkan mabuk, membuat seseorang pikirannya tidak tenang dan menimbulkan KDRT.
Apa Dampak KDRT bagi Tumbuh Kembang Si Kecil?
Dampak KDRT tidak hanya dirasakan oleh korban dalam rumah tangga, si Kecil yang menyaksikan kejadian ini pun akan terpengaruhi. Dilansir pada laman Women Health, dampak KDRT diantaranya:
1. Ketakutan berlebihan
Kekerasan yang terus bertubi-tubi pada rumah tangga dan kemudian disaksikan oleh si Kecil, dapat berdampak pada kecemasan. Dampak KDRT membuat si Kecil merasa selalu waspada kapan kekerasan itu terjadi kembali.
Semakin lama, kecemasan tersebut menjadi lebih parah dan si Kecil memilih untuk bersembunyi dan menghindari dari orang tuanya karena ketakutan yang berlebihan.
2. Harga Diri Menurun
Kurangnya perhatian dari Mama dan Papa, membuat si Kecil kurang menghargai diri sendiri. Si Kecil yang tumbuh dengan pola pikir ini akan membuat harga dirinya rendah dibandingkan teman sekitarnya.
Dilansir dari Pubmed jurnal, kekerasan dalam keluarga menjadi faktor utama dari terlukanya harga diri anak. Dampak KDRT inilah yang menjadikan anak yang broken Home.
Baca juga: Broken Home, Apa Dampaknya pada Psikologis Anak?
3. Kesehatan Mental Terganggu
Rupanya dampak KDRT juga bisa mengganggu kesehatan mental si Kecil mudah terganggu. Kekerasan yang terjadi berulang-ulang akan menyerang pikiran serta kejiwaan si Kecil yang terus dibayangi oleh perasaan rendah akan dirinya sendiri.
4. Post Traumatic Stress Disorder
Semakin memburuknya keadaan mental akibat dampak KDRT, mendorong munculnya gangguan stres pasca trauma atau PTSD pada si Kecil. Traumatis ini menghasilkan perubahan yang signifikan pada otak, sehingga kejadian tersebut terus teringat dan menyebabkan tekanan emosional.
Akibatnya, si Kecil mengalami pertumbuhan dengan menghadapi berbagai gejala PTSD seperti rasa takut, kesulitan tidur, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.
5. Memicu Bad Behaviour
Perilaku si Kecil di masa depan terbentuk sesuai dengan bagaimana orang tua bertindak. Dampak KDRT bisa menyebabkan berbagai perilaku buruk si Kecil sebagai respons terhadap tindakan buruk yang mereka saksikan.
Berdasarkan penelitian American Family Physician, anak-anak usia SD dapat mengalami keluhan seperti penurunan prestasi dan isolasi diri akibat dampak KDRT. Di sisi lain, pada usia remaja reaksi yang timbul seperti terlibat dalam tawuran, penyalahgunaan obat, dan perilaku nakal lainnya.
Bagaimana Cara Menyikapi KDRT?
Menurut Alodokter, berikut cara menyikapi kejadian KDRT yang bisa Mama lakukan:
- Mama jangan terus berdiam diri dan memaklumi kekerasan ini. Harus berani terima dan akui bahwa KDRT benar-benar terjadi;
- Jangan menyalahkan diri sendiri, ya Ma. KDRT tetap bisa terjadi, meski Mama tidak memiliki kesalahan yang fatal;
- Bicarakan baik-baik dengan pelaku. Misalnya, bila Mama mendapatkan KDRT dari Papa, coba katakan kepada Papa bahwa tindakannya itu salah;
- Dokumentasikan setiap luka atau kekerasan yang dilakukan pelaku. Tujuannya sebagai barang bukti yang nantinya bisa dilaporkan ke pihak berwajib;
- Jika KDRT sudah berulang kali terjadi, sebisa mungkin jauhi dan hindari pelaku. Mama juga harus menjauhkan si Kecil supaya tidak berperan sebagai koran KDRT;
- Bila memungkinkan, siapkan nomor dan handphone baru agar keberadaan Mama setelah keluar rumah tidak bisa dilacak oleh pelaku.
Baca juga: 8 Tips Sederhana agar Keluarga Bahagia dan Langgeng
Apabila Mama mengalami kondisi tersebut, jangan takut dan ragu untuk meminta bantuan orang lain, psikiater, atau layanan yang digagas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) melalui hotline 021-129 atau whatsapp 08111-129-129. Semoga keluarga Mama Happy terus!
Dapatkan Informasi seputar ASI dan menyusui dengan mengunjungi Instagram @mamabearid, TikTok @mamabear_id, dan channel YouTube MamaBear Pelancar ASI. Sampai bertemu di artikel edukASI dan inspirASI lainnya!
Sources:
1. What Is Domestic Abuse? URL: https://www.un.org/en/coronavirus/what-is-domestic-abuse (diakses 15/10/2023)
2. Risk and Protective Factors for Intimate Partner Violence Against Women: Systematic Review and Meta-analyses of Prospective–Longitudinal Studies | AJPH | Vol. 108 Issue 7. URL: https://ajph.aphapublications.org/doi/abs/10.2105/AJPH.2018.304428?journalCode=ajph (diakses 15/10/2023)
3. Effects of domestic violence on children. URL: https://www.womenshealth.gov/relationships-and-safety/domestic-violence/effects-domestic-violence-children (diakses 15/10/2023)
4. Characteristics Associated with Low Self-esteem among U.S. Adolescents. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2914631/ (diakses 15/10/2023)
5. Witnessing Domestic Violence: The Effect on Children. URL: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2002/1201/p2052.html (diakses 15/10/2023)
6. Yuk, Kenali Bahaya KDRT dan Cara Menyikapinya. URL: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2002/1201/p2052.html (diakses 15/10/2023)