fbpx

Mendengar diagnosis seperti “plasenta previa” di tengah kebahagiaan kehamilan tentu bisa memicu kekhawatiran. Wajar sekali jika Mama merasa cemas atau bingung.


Apa Itu Plasenta Previa?

Dalam kehamilan yang normal, plasenta (ari-ari) biasanya menempel di bagian atas atau samping rahim, jauh dari jalan lahir. Namun, pada kondisi plasenta previa, plasenta menempel di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (serviks). Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama perdarahan, baik selama kehamilan maupun saat persalinan.


Jenis-jenis Plasenta Previa

Penting bagi Mama untuk memahami bahwa plasenta previa memiliki beberapa jenis, tergantung seberapa banyak plasenta menutupi jalan lahir:

  • Plasenta Previa Totalis (Complete Previa): Ini adalah jenis yang paling serius, di mana plasenta menutupi seluruh pembukaan serviks.
  • Plasenta Previa Parsialis (Partial Previa): Plasenta menutupi sebagian dari pembukaan serviks.
  • Plasenta Previa Marginalis (Marginal Previa): Plasenta berada di tepi pembukaan serviks, namun tidak menutupi.
  • Plasenta Letak Rendah (Low-Lying Placenta): Plasenta berada di bagian bawah rahim, dekat dengan serviks, namun belum menutupi. Terkadang, kondisi ini bisa bergeser ke atas seiring pertumbuhan rahim Mama.

Jika dokter mengatakan Mama mengalami plasenta letak rendah pada awal kehamilan, jangan langsung cemas berlebihan. Ada kemungkinan besar plasenta akan “bergerak” ke atas seiring bertambahnya usia kehamilan Mama.


Waspada, Mama! Gejala dan Tanda Peringatan

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan vagina yang tidak nyeri, yang biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.

  • Perdarahan Vagina Tanpa Nyeri: Ini adalah tanda paling khas. Darah biasanya berwarna merah terang dan bisa terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit atau kontraksi. Perdarahan bisa ringan (bercak) atau berat.
  • Perdarahan Berulang: Seringkali, perdarahan akan berhenti dengan sendirinya, namun bisa kembali lagi beberapa hari atau minggu kemudian.
  • Mungkin Tidak Ada Gejala: Terkadang, plasenta previa tidak menunjukkan gejala sama sekali hingga persalinan dimulai.

Jika Mama mengalami perdarahan vagina dalam bentuk apa pun selama kehamilan, segera hubungi dokter atau pergi ke fasilitas medis terdekat. Jangan pernah mengabaikan perdarahan, meskipun ringan.\

Baca Juga: Hemoglobin (HB): Pentingnya Menjaga Kesehatan Darah untuk Ibu Hamil dan Menyusui


Cara Diagnosis: USG Trimester II–III

Plasenta previa biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG).

  • USG Rutin Trimester Kedua: Banyak kasus plasenta previa terdeteksi selama USG rutin di trimester kedua, sekitar minggu ke-18 hingga ke-20. Pada tahap ini, plasenta letak rendah masih sangat umum dan seringkali akan membaik seiring waktu.
  • USG Trimester Ketiga: Jika plasenta letak rendah terdeteksi di trimester kedua, dokter akan melakukan USG lanjutan di trimester ketiga (sekitar minggu ke-32 atau ke-36) untuk memastikan apakah posisi plasenta sudah berubah atau masih menutupi jalan lahir. Ini penting untuk menentukan metode persalinan yang aman.
  • USG Transvaginal: Ini seringkali menjadi metode paling akurat untuk mendiagnosis plasenta previa karena memberikan gambaran yang lebih jelas tentang posisi plasenta dan hubungannya dengan serviks.

Referensi: American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan USG sebagai metode utama diagnosis plasenta previa.


Pilihan Penanganan dan Waktu Persalinan

Penanganan plasenta previa sangat bergantung pada usia kehamilan, jumlah perdarahan, dan kondisi kesehatan Mama serta janin. Tujuan utamanya adalah memperpanjang kehamilan selama mungkin untuk memberi waktu bagi paru-paru janin berkembang, sambil mencegah perdarahan yang membahayakan Mama.

  • Istirahat Total (Bed Rest): Jika terjadi perdarahan, Mama mungkin disarankan untuk beristirahat total di rumah atau bahkan dirawat di rumah sakit.
  • Pemantauan Ketat: Dokter akan memantau kondisi Mama dan janin secara berkala.
  • Transfusi Darah: Jika perdarahan cukup banyak, Mama mungkin memerlukan transfusi darah.
  • Pemberian Obat Pematang Paru (Kortikosteroid): Jika ada risiko persalinan prematur, dokter mungkin memberikan suntikan kortikosteroid untuk membantu mematangkan paru-paru bayi.
  • Waktu Persalinan: Jika plasenta previa terus menutupi jalan lahir hingga akhir kehamilan, persalinan sesar (operasi caesar) adalah metode yang paling aman dan seringkali wajib dilakukan untuk menghindari perdarahan hebat yang mengancam jiwa Mama dan bayi. Biasanya, operasi sesar direncanakan antara minggu ke-36 hingga 37 kehamilan, atau lebih cepat jika terjadi perdarahan hebat yang tidak terkontrol.

Baca Juga: Kacang Almond: Nutrisi dan Manfaatnya untuk Ibu Hamil dan Menyusui


Risiko pada Ibu dan Janin

Plasenta previa membawa beberapa risiko baik untuk Mama maupun Si Kecil:

  • Risiko pada Ibu:
    • Perdarahan Hebat: Ini adalah risiko utama, yang bisa terjadi kapan saja selama trimester kedua dan ketiga, serta saat persalinan.
    • Syok Akibat Kehilangan Darah: Jika perdarahan sangat banyak.
    • Kelahiran Prematur: Perdarahan yang tidak terkontrol bisa memaksa persalinan dilakukan lebih awal.
    • Plasenta Akreta: Kondisi serius di mana plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim, sehingga sulit terlepas setelah melahirkan.
    • Histerektomi: Dalam kasus yang sangat parah dengan perdarahan masif atau plasenta akreta, pengangkatan rahim mungkin diperlukan.
  • Risiko pada Janin:
    • Kelahiran Prematur: Risiko terbesar bagi bayi.
    • Berat Badan Lahir Rendah: Akibat kelahiran prematur.
    • Distres Janin: Kekurangan oksigen karena perdarahan hebat pada Mama.

Referensi: Mayo Clinic (2024) dan American Pregnancy Association (2023) menjelaskan risiko-risiko ini secara detail.


Tips Mengurangi Risiko Perdarahan dan Menjaga Kehamilan Mama

Meskipun Mama tidak bisa menggeser posisi plasenta, ada beberapa tips yang bisa Mama lakukan untuk mengurangi risiko perdarahan dan menjaga kehamilan tetap stabil:

  • Hindari Aktivitas yang Memicu Kontraksi: Ini termasuk hubungan seksual, pemeriksaan vagina, atau aktivitas fisik berat seperti mengangkat beban.
  • Istirahat yang Cukup: Ikuti anjuran dokter untuk bed rest atau mengurangi aktivitas.
  • Perhatikan Tanda Perdarahan: Segera laporkan setiap perdarahan, sekecil apa pun, kepada dokter Mama.
  • Siapkan Diri untuk Persalinan Sesar: Jika dokter mengindikasikan bahwa persalinan sesar kemungkinan besar akan terjadi, mulailah mencari informasi dan persiapkan mental Mama. Ini bukan kegagalan, Mama, ini adalah pilihan terbaik untuk keselamatan Mama dan bayi.
  • Jaga Asupan Nutrisi: Pastikan Mama mengonsumsi makanan bergizi untuk mendukung kesehatan Mama dan pertumbuhan janin.
  • Kelola Stres: Carilah dukungan dari pasangan, keluarga, atau teman. Mama kuat, dan Mama akan melalui ini.

Data Kasus di Indonesia

Di Indonesia, data spesifik mengenai angka kejadian plasenta previa mungkin bervariasi di setiap daerah atau rumah sakit. Namun, secara global, plasenta previa diperkirakan terjadi pada

1 dari 200 kehamilan. Faktor risiko seperti riwayat operasi sesar sebelumnya atau riwayat kehamilan ganda dapat meningkatkan prevalensinya. Kesadaran dan deteksi dini melalui USG sangat membantu dalam manajemen kasus di Indonesia.

Referensi: World Health Organization (WHO) dalam publikasi mereka mengenai komplikasi kehamilan juga sering membahas plasenta previa.


FAQ: “Apakah plasenta previa selalu harus sectio?”

Ini adalah pertanyaan yang sangat sering muncul, Mama, dan jawabannya adalah:

Hampir selalu, plasenta previa totalis atau parsialis yang persisten hingga mendekati waktu persalinan akan memerlukan persalinan secara operasi caesar (sectio).

Mengapa demikian? Karena plasenta menutupi jalan lahir. Jika persalinan normal (pervaginam) dicoba, pembukaan serviks akan menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim, mengakibatkan perdarahan masif dan membahayakan nyawa Mama dan bayi. Oleh karena itu, sectio adalah pilihan yang paling aman untuk mencegah komplikasi yang fatal.

Namun, untuk plasenta letak rendah atau marginalis yang terdeteksi di awal kehamilan, seringkali posisi plasenta bisa bergeser ke atas seiring membesarnya rahim. Jika pada trimester akhir plasenta sudah tidak lagi menutupi jalan lahir, persalinan normal mungkin bisa dipertimbangkan, namun ini harus diputuskan sepenuhnya oleh dokter yang memantau Mama.


Sumber Tepercaya: