fbpx

Endometriosis mungkin belum banyak dibicarakan secara terbuka, tapi dampaknya bisa sangat besar, terutama bagi Mama yang sedang merencanakan kehamilan atau ingin tetap optimal dalam merawat si kecil. Yuk, kita kupas tuntas kondisi ini secara hangat tapi ilmiah.


Apa Itu Endometriosis dan Bagaimana Terjadinya?

Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan mirip endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar rahim, seperti di ovarium, tuba falopi, usus, atau area panggul lainnya. Padahal, jaringan ini seharusnya luruh dan keluar saat haid. Karena tidak berada di dalam rahim, jaringan ini tidak bisa keluar dan menyebabkan peradangan kronis, nyeri, dan bahkan terbentuknya jaringan parut.


Apa Penyebab dan Faktor Risikonya?

Sampai saat ini, penyebab pasti endometriosis masih belum diketahui, tetapi beberapa faktor yang meningkatkan risikonya antara lain:

  • Riwayat keluarga dengan endometriosis
  • Menstruasi pertama di usia muda
  • Siklus haid pendek (kurang dari 27 hari)
  • Tidak pernah melahirkan

Beberapa teori menyebutkan refluks menstruasi retrograd, yaitu aliran darah menstruasi yang kembali ke dalam tubuh lewat tuba falopi, sebagai salah satu penyebabnya (Zondervan et al., 2020).

Baca Juga: Hamil di Luar Rahim : Kenali Gejala Dini dan Peluang Mama Hamil Kembali 


Gejala Khas yang Perlu Mama Waspadai

Mama mungkin mengira nyeri haid itu wajar, tapi jika nyerinya sampai mengganggu aktivitas, bisa jadi itu tanda endometriosis. Gejala lain meliputi:

  • Nyeri saat menstruasi atau ovulasi
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Infertilitas
  • Nyeri saat buang air besar atau kecil saat haid
  • Perut kembung kronis

Bagaimana Cara Mendiagnosis Endometriosis?

Diagnosis endometriosis memerlukan evaluasi menyeluruh. Beberapa metode yang digunakan antara lain:

  • Ultrasonografi transvaginal: untuk melihat kista endometriosis (endometrioma)
  • MRI: untuk mendeteksi lokasi dan kedalaman jaringan
  • Laparoskopi: prosedur minimal invasif yang menjadi standar diagnosis definitif

Baca Juga: Penyebab Susah Hamil Bisa Jadi Karena 5 Hal Berikut, Mam!


Pilihan Pengobatan yang Tersedia

Setiap Mama punya kebutuhan yang unik, jadi pengobatan bisa berbeda-beda. Berikut pilihan terapi yang umum:

  1. Medis: Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk nyeri, terapi hormonal seperti pil KB, progestin, atau GnRH agonist.
  2. Bedah: Pengangkatan jaringan endometriosis, biasanya dilakukan saat laparoskopi.
  3. Pendekatan kombinasi: Gabungan pengobatan medis dan bedah untuk kasus berat.

Catatan penting: pengobatan endometriosis bertujuan mengurangi gejala, bukan menyembuhkan sepenuhnya.


Bagaimana Pengaruh Endometriosis pada Kesuburan dan Kehidupan Mama?

Endometriosis ditemukan pada sekitar 30-50% wanita infertil (Giudice & Kao, 2004). Selain itu, nyeri kronis yang menyertai bisa memengaruhi kualitas tidur, produktivitas kerja, hingga relasi dengan pasangan.

Namun, banyak Mama yang tetap bisa hamil dan menyusui dengan dukungan pengobatan dan gaya hidup sehat yang tepat.


Tips Manajemen Nyeri dan Perubahan Gaya Hidup

Berikut beberapa tips yang bisa Mama coba untuk mengelola gejala:

  • Kompres hangat di area perut saat haid
  • Olahraga ringan seperti yoga atau jalan kaki
  • Makan makanan antiinflamasi (sayur, buah, omega-3)
  • Hindari makanan ultra proses dan tinggi estrogen seperti kedelai berlebihan
  • Terapkan teknik relaksasi seperti meditasi atau napas dalam

Tips tambahan:
Menyusui langsung secara eksklusif juga bisa membantu menekan produksi estrogen, yang bisa menurunkan aktivitas endometriosis. Jadi, tetap lanjutkan menyusui ya Mama, selama bersama bayi!


Riset Terbaru dan Data di Indonesia

Sebuah studi dari Universitas Indonesia (2022) menunjukkan bahwa prevalensi endometriosis di kalangan wanita usia reproduktif di Indonesia bisa mencapai 11-14%. Sementara riset internasional menunjukkan angka sekitar 10% secara global (World Health Organization, 2021).

Zondervan, K. T., Becker, C. M., & Missmer, S. A. (2020). Endometriosis. The New England Journal of Medicine.
🔗 https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1810764


FAQ: Apakah Endometriosis Bisa Kambuh?

Ya, bisa.
Endometriosis bersifat kronis dan bisa kambuh meskipun sudah dioperasi. Namun, dengan pengelolaan gejala dan perubahan gaya hidup, kualitas hidup Mama bisa tetap baik. Penggunaan terapi hormonal jangka panjang juga dapat membantu mengendalikan kekambuhan.


Endometriosis mungkin bukan kondisi yang bisa sembuh total, tapi bukan berarti Mama nggak bisa bahagia, sehat, dan tetap memberikan yang terbaik untuk buah hati. Dengan mengenali gejalanya lebih awal, mengambil langkah tepat, dan tetap menyusui langsung saat bersama bayi, Mama sudah selangkah lebih kuat!


Referensi

  • Zondervan, K. T., Becker, C. M., & Missmer, S. A. (2020). Endometriosis. New England Journal of Medicine. https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1810764
  • WHO. (2021). Endometriosis Fact Sheet. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/endometriosis
  • Giudice, L. C., & Kao, L. C. (2004). Endometriosis. Lancet, 364(9447), 1789–1799. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(04)17403-5
  • Fakultas Kedokteran UI. (2022). Data Prevalensi Endometriosis di Indonesia.