fbpx

Mendekati waktu persalinan, mungkin Mama sudah sering mendengar berbagai istilah, salah satunya “induksi persalinan”. Istilah ini seringkali menimbulkan pertanyaan atau bahkan kecemasan.


Apa Itu Induksi Persalinan?

Secara sederhana, induksi persalinan adalah prosedur medis untuk merangsang kontraksi rahim sebelum persalinan dimulai secara alami, dengan tujuan untuk mempercepat proses melahirkan. Ini dilakukan di bawah pengawasan ketat tenaga medis, biasanya di rumah sakit.

Persalinan spontan dimulai ketika tubuh Mama dan bayi siap, dengan kontraksi yang secara alami semakin kuat dan teratur. Induksi adalah intervensi ketika ada alasan medis yang mengharuskan persalinan dimulai lebih cepat dari waktu yang seharusnya.


Kapan Induksi Persalinan Dibutuhkan? Indikasi Medis

Keputusan untuk melakukan induksi persalinan selalu didasarkan pada pertimbangan medis yang cermat demi keselamatan Mama dan bayi. Beberapa kondisi umum yang menjadi indikasi induksi antara lain:

  • Kehamilan Postmaturitas (Lewat Waktu): Kehamilan yang sudah melewati usia 40-41 minggu (atau bahkan lebih dari 42 minggu) berisiko mengalami penurunan fungsi plasenta, yang dapat memengaruhi pasokan nutrisi dan oksigen untuk bayi.
  • Preeklamsia atau Hipertensi Gestasional: Kondisi tekanan darah tinggi selama kehamilan yang dapat membahayakan Mama dan bayi jika tidak ditangani.
  • Ketuban Pecah Dini (KPD) Tanpa Kontraksi: Jika kantung ketuban pecah tetapi kontraksi belum dimulai dalam beberapa jam, risiko infeksi pada Mama dan bayi akan meningkat.
  • Pertumbuhan Janin Terhambat (IUGR): Ketika bayi tidak tumbuh dengan baik di dalam kandungan dan berisiko mengalami masalah kesehatan jika kehamilan dilanjutkan.
  • Diabetes Gestasional yang Tidak Terkontrol: Kadar gula darah Mama yang tinggi dapat memengaruhi ukuran dan kesehatan bayi.
  • Kondisi Medis Mama: Seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, atau diabetes yang sudah ada sebelumnya, yang mungkin memburuk jika kehamilan terlalu lama.
  • Kondisi Janin: Misalnya, adanya masalah tertentu pada bayi yang mengharuskan dilahirkan lebih cepat.
  • Jarak Antar Kehamilan yang Terlalu Pendek (pada kondisi tertentu): Jika riwayat persalinan sebelumnya sangat cepat dan ada risiko persalinan di luar rumah sakit.

Baca Juga: Bolehkah Minum ASI Booster Sebelum Melahirkan? Ini Jawaban dan Tips Aman untuk Mama!


Bagaimana Induksi Dilakukan? Metode Induksi

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menginduksi persalinan, seringkali kombinasi dari beberapa metode:

  1. Pematangan Serviks (Cervical Ripening): Jika leher rahim (serviks) Mama belum lunak dan terbuka (belum “matang”), dokter akan berusaha mematangkannya terlebih dahulu.
    • Prostaglandin (PG Capsule/Gel): Obat ini dapat dimasukkan ke dalam vagina atau diminum untuk melunakkan dan menipiskan serviks. Contohnya seperti Misoprostol (tablet) atau Dinoprostone (gel atau kapsul vaginal).
    • Kateter Balon (Foley Catheter): Sebuah selang tipis dengan balon di ujungnya dimasukkan ke dalam serviks dan balon digembungkan. Tekanan dari balon akan membantu melebarkan dan melunakkan serviks secara mekanis.
  2. Oksitosin Sintetis (Pitocin/Syntocinon): Setelah serviks cukup matang atau jika kontraksi sudah sedikit ada, hormon oksitosin sintetis akan diberikan melalui infus. Oksitosin adalah hormon alami yang menyebabkan kontraksi rahim. Dosis akan ditingkatkan secara bertahap hingga kontraksi menjadi efektif.
  3. Amniotomi (Pecah Ketuban): Dokter akan membuat lubang kecil di kantung ketuban menggunakan alat khusus yang steril. Prosedur ini biasanya dilakukan ketika serviks sudah agak terbuka dan kepala bayi sudah cukup masuk panggul. Pecahnya ketuban seringkali membantu merangsang atau mempercepat kontraksi.

Prosedur dan Tahapan Induksi

Proses induksi biasanya tidak instan dan bisa memakan waktu berjam-jam, bahkan kadang lebih dari sehari, terutama jika serviks Mama belum matang. Tahapannya bisa meliputi:

  1. Penilaian Awal: Dokter akan memeriksa kondisi Mama dan bayi, termasuk pemantauan detak jantung janin dan pemeriksaan serviks.
  2. Pematangan Serviks (jika perlu): Pemberian prostaglandin atau pemasangan kateter balon. Mama akan dipantau selama proses ini.
  3. Pemberian Oksitosin: Jika kontraksi belum efektif atau jika serviks sudah matang, infus oksitosin dimulai dan dosis disesuaikan.
  4. Amniotomi (jika diindikasikan): Pemecahan ketuban dapat dilakukan setelah serviks terbuka.
  5. Pemantauan Berkelanjutan: Selama induksi, Mama akan terus dipantau untuk kontraksi, detak jantung bayi, dan kemajuan persalinan.

Sepanjang proses ini, komunikasi adalah kuncinya. Jangan ragu bertanya kepada perawat atau dokter tentang apa yang sedang terjadi dan bagaimana kemajuan Mama. 

Baca Juga: Bolehkah Minum ASI Booster Sebelum Melahirkan? Ini Jawaban dan Tips Aman untuk Mama!


Risiko dan Efek Samping Induksi

Seperti prosedur medis lainnya, induksi persalinan memiliki beberapa risiko dan efek samping, meskipun tenaga medis akan selalu berusaha meminimalkannya:

  • Kontraksi Berlebihan (Hiperstimulasi): Rahim dapat berkontraksi terlalu sering atau terlalu kuat, yang berpotensi menyebabkan distress pada bayi atau, dalam kasus yang jarang, ruptur uteri (robeknya rahim).
  • Perubahan Detak Jantung Bayi: Kontraksi yang terlalu kuat atau perubahan pada tali pusat dapat memengaruhi detak jantung bayi.
  • Infeksi: Terutama setelah pecah ketuban, risiko infeksi bisa meningkat jika persalinan berlangsung terlalu lama.
  • Meningkatnya Kebutuhan Akan Intervensi Lain: Induksi dapat meningkatkan kemungkinan penggunaan alat bantu persalinan (forseps atau vakum) atau operasi Caesar, terutama pada persalinan pertama.
  • Perdarahan Pasca Persalinan: Meskipun jarang, beberapa metode induksi dapat meningkatkan risiko perdarahan setelah melahirkan.

Perbedaan dengan Persalinan Spontan

Perbedaan utama antara induksi dan persalinan spontan terletak pada awal mula kontraksi. Pada persalinan spontan, kontraksi dimulai secara alami dan tubuh Mama secara bertahap mempersiapkan diri. Sementara pada induksi, kontraksi dirangsang secara artifisial. Sensasi kontraksi pada induksi terkadang bisa lebih intens dan datang lebih cepat dibandingkan persalinan spontan karena stimulasi obat. Namun, tujuan akhirnya sama: melahirkan bayi dengan aman.


Persiapan Ibu dan Dukungan Tim Medis

Mama, jika dokter merekomendasikan induksi, hal terbaik yang bisa Mama lakukan adalah:

  • Dapatkan Informasi Lengkap: Tanyakan semua pertanyaan yang Mama miliki kepada dokter atau bidan. Pahami alasan induksi, metode yang akan digunakan, dan apa yang bisa Mama harapkan.
  • Persiapan Mental: Induksi bisa menjadi proses yang panjang dan intens. Siapkan mental Mama untuk ini. Lakukan teknik relaksasi, pernapasan dalam, atau meditasi.
  • Diskusikan Opsi Pereda Nyeri: Bicarakan dengan tim medis tentang opsi pereda nyeri yang tersedia (epidural, nitrous oxide, dll.) jika Mama membutuhkannya.
  • Dukungan Penuh: Pastikan Mama memiliki dukungan dari pasangan atau support person yang bisa mendampingi dan memberikan semangat selama proses induksi.
  • Percayai Tim Medis: Mama akan berada di tangan para profesional yang terlatih. Percayakan keputusan mereka demi keselamatan Mama dan bayi.

FAQ: “Berapa lama proses induksi biasanya berlangsung?”

Mama, durasi proses induksi sangat bervariasi. Ini bisa berlangsung beberapa jam hingga lebih dari 24 jam, bahkan 2-3 hari dalam beberapa kasus, terutama jika serviks Mama belum matang di awal. Faktor-faktor yang memengaruhi durasi meliputi:

  • Tingkat kematangan serviks saat induksi dimulai.
  • Metode induksi yang digunakan.
  • Respons tubuh Mama terhadap obat-obatan.
  • Paritas (apakah ini kehamilan pertama Mama atau bukan).

Meskipun proses persalinan melalui induksi mungkin terasa berbeda, hal terpenting adalah kesehatan dan keselamatan Mama serta Si Kecil. Segera setelah Si Kecil lahir, tidak peduli bagaimana cara ia dilahirkan, inisiasi menyusui dini (IMD) dengan kontak kulit ke kulit adalah momen yang sangat krusial. Ini bukan hanya membantu Mama dan bayi menjalin ikatan emosional yang kuat, tetapi juga merangsang refleks menyusui bayi dan produksi ASI Mama. 

Sumber Tepercaya: