Pernahkah Mama mendengar tentang hamil ektopik? Hamil ektopik ini merupakan suatu kondisi kehamilan yang terjadi di luar rahim.
Berdasarkan Cleveland Clinic, hamil ektopik terjadi pada sekitar 2% kehamilan di seluruh dunia. Apa yaaa yang harus Mama lakukan saat menemui tanda gejalanya?
Yuk, lanjutkan membaca untuk mendapatkan informasi lengkap tentang hamil ektopik, penyebab, dan cara penanganannya!
Apa Itu Hamil Ektopik?
Hamil ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim atau ketika embrio menempel pada sebuah bagian rahim yang tidak normal (Mummert dan Gnugoli, 2022).
Hamil ektopik ini sering terjadi di tuba falopi (saluran penghubung antara ovarium dan rahim), ovarium, rongga perut, atau leher rahim.
Kondisi ini terjadi ketika sel telur yang dibuahi tertanam pada lokasi yang tidak dapat mendukung pertumbuhannya sehingga kehamilan Mama tidak dapat berlanjut.
Hal ini terjadi karena tempat selain rahim tidak menyediakan hal-hal yang dibutuhkan janin untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Saat mengalami hamil ektopik, tuba falopi berpotensi untuk pecah sehingga dapat menyebabkan perdarahan, infeksi, bahkan terkadang kematian.
Oleh karena itu, hamil ektopik membutuhkan penanganan medis yang tepat dan cepat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Bagaimana Hamil Ektopik Dapat Terjadi?
Sel telur yang telah dibuahi di ovarium, seharusnya berpindah melalui tuba falopi dan akan menempel pada dinding rahim agar dapat berkembang secara normal dan optimal.
Sayangnya, sat Mama mengalami hamil ektopik, sel telur akan tidak bergerak sesuai jalurnya. Sel telur yang telah dibuahi malah akan menempel pada salah satu struktur organ yang Ia lewati. Sebesar 90% kasus hamil ektopik ditemui pada saluran tuba falopi.
Faktor Penyebab Hamil Ektopik
Masing-masing kasus hamil ektopik memiliki faktor penyebab yang berbeda-beda. Umumnya, hamil ektopik terjadi karena tuba falopi terlalu sempit atau bahkan terhalang sesuatu.
Hal inilah yang dapat memperlambat atau menghalangi laju pergerakan sel telur menuju rahim. Gangguan pada tuba falopi ini dapat terjadi jika:
- Terdapat luka, adhesi (penempelan dua organ yang berdekatan), atau inflamasi (peradangan) karena riwayat operasi pelvis;
- Terdapat kerusakan pada tuba falopi akibat adanya infeksi penularan seksual;
- Memiliki bentuk tuba falopi yang berbeda dari umumnya.
Berikut ini adalah beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hamil ektopik:
- Pelvic Inflammatory Disease (PID). Inflamasi (peradangan) pada sistem reproduksi wanita yang biasanya disebabkan oleh infeksi menular seksual
- Memiliki riwayat hamil ektopik
- Memiliki riwayat operasi pada tuba falopi
- Mengikuti program fertilitas atau kehamilan. Misalnya seperti in vitro fertilization (IVF), mengonsumsi obat-obatan dapat menstimulasi proses pelepasan sel telur sehingga dapat meningkatkan risiko terkena hamil ektopik
- Hamil sambil menggunakan alat kontrasepsi, misalnya seperti intrauterine device (IUD) atau intrauterine system (IUS)
- Merokok
Gejala Hamil Ektopik
Gejala hamil ektopik ternyata tidak selalu dapat terlihat, Mama… Kondisi hamil ektopik ini baru akan benar-benar terlihat ketika Mama sedang melakukan sesi kontrol kehamilan secara rutin dan biasanya terjadi pada usia kehamilan 4-12 minggu.
Apabila Mama mengalami lebih dari satu hal di bawah ini, bisa jadi merupakan gejala hamil ektopik, Mam… Apa saja ya gejalanya?
- Nyeri pada salah satu bagian perut;
- Perdarahan pada vagina;
- Keluarnya flek coklat berair;
- Nyeri pada ujung bahu;
- Rasa tidak nyaman ketika buang air.
Bagaimana Cara Penanganan Hamil Ektopik?
Sayangnyaa, embrio pada kehamilan ektopik ini tidak dapat berkembang dan diselamatkan. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan khusus untuk menghentikan kehamilan dan mengambil embrio sebelum semakin bertambah besar.
Lantas, adakah penanganan yang bisa dilakukan ketika kehamilan ektopik ini terjadi pada Mama?
Diskusikan dengan dokter mengenai cara penanganan hamil ektopik yang paling tepat berdasarkan faktor situasi dan kondisi Mama
Baik berupa gejala yang dirasakan, ukuran embrio, dan kadar hormon kehamilan hCG dalam darah. Berikut ini adalah beberapa pilihan cara untuk menangani hamil ektopik, antara lain:
1. Expectant Management
Dilansir dari Alomedika, expectant management merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan cara membiarkan sisa jaringan meluruh secara alami.
Jadi, Mama hanya perlu melakukan kontrol dan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk menentukan apakah Mama memerlukan penanganan lanjutan atau tidak.
Expectant management ini umumnya dilakukan apabila Mama merasakan gejala ringan atau bahkan tidak menemui adanya gejala sama sekali.
Berikut ini adalah hal-hal yang akan Mama alami selama masa expectant management:
- Melakukan tes darah secara rutin untuk memeriksa penurunan kadar hormon hCG pada darah
Tes ini dilakukan hingga hormon hCG tidak lagi ditemukan dalam darah. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) merupakan hormon yang dihasilkan oleh plasenta dan berfungsi untuk memicu pematang sel telur dan proses ovulasi. Apabila kadar hCG semakin meningkat, Mama akan membutuhkan penanganan lebih lanjut.
- Mengalami perdarahan vagina
Selama perdarahan terjadi, Mama disarankan untuk menggunakan pembalut hingga perdarahan berhenti.
- Merasakan nyeri pada perut
Saat perut terasa nyeri, Mama dapat mengonsumsi obat pereda rasa nyeri, seperti paracetamol, sesuai anjuran dokter.
2. Obat-obatan
Apabila penanganan hamil ektopik dengan cara kontrol rutin masih dirasa kurang sesuai, maka Mama umumnya akan direkomendasikan untuk menggunakan obat methotrexate.
Dilansir dari National Health Service UK, obat ini berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan kehamilan dan diinjeksikan sebanyak satu kali pada bagian pantat.
Apabila setelah dilakukan tes darah ternyata cara ini belum berhasil, maka Mama akan direkomendasikan untuk mendapat injeksi methotrexate dosis ke dua atau bahkan tindakan operasi.
Selain itu, Mama juga disarankan menggunakan alat kontrasepsi dalam kurun waktu tiga bulan setelah penggunaan methotrexate untuk meminimalkan risiko kehamilan yang dapat membahayakan calon janin.
Penggunaan obat memang terkadang membawa efek samping. Berikut ini adalah efek samping yang mungkin dapat muncul setelah penggunaan methotrexate:
- Rasa nyeri pada perut;
- Pusing;
- Diare;
- Risiko kecil terjadinya robekan pada tuba falopi.
3. Tindakan operasi
Tindakan operasi dilakukan apabila kedua cara penanganan sebelumnya tidak memberikan hasil optimal. Pada umumnya, Mama akan melakukan operasi laparoskopi untuk menghilangkan kehamilan sebelum berkembang semakin besar, biasanya operasi ini dilakukan bersamaan dengan operasi pad atuba falopi yang ikut terdampak.
Laparoskopi dilakukan dengan cara membuat sayatan kecil pada bagian perut, kemudian memasukkan tabung pengamat (laparoscope) dan beberapa alat operasi melalui sayatan tersebut. Terdapat 2 kemungkinan tindakan yang akan dilakukan:
- Apabila 1 tuba falopi dalam kondisi baik, maka tuba falopi lain yang menjadi tempat terjadinya hamil ektopik akan diangkat seluruhnya;
- Sebaliknya, apabila berisiko, maka dokter akan menghilangkan kehamilan tanpa mengangkat kedua tuba falopi.
Pengangkatan tuba falopi sebenarnya dilakukan karena merupakan cara penanganan hamil ektopik yang paling efektif tanpa mengurangi kesempatan Mama untuk dapat kembali hamil.
Tapi tenang yaa, semua pilihan kembali pada Mama… Dokter akan berdiskusi dengan Mama untuk menentukan tindakan yang paling tepat sesuai izin Mama.
Bagaimanakah Kesempatan Mama untuk Kembali Hamil?
Setelah mengalami hamil ektopik, Mama masih memiliki kesempatan yang sama untuk kembali hamil, bahkan ketika telah melakukan operasi pengangkatan tuba falopi.
Tapi, pastikan dulu bahwa Mama dan Papa sudah merasa siap, baik secara fisik maupun psikis untuk kembali menyambut calon bayi yaaa…
Mama dianjurkan untuk menunggu selama 2 kali masa menstruasi (sekitar 2 bulan) setelah masa penanganan hamil ektopik sebelumnya.
Namun, apabila Mama menjalani penanganan hamil ektopik dengan obat methotrexate, maka umumnya Mama akan disarankan untuk menunggu selama 3 bulan.
Hal ini dilakukan karena obat methotrexate memiliki risiko bahaya untuk kesehatan calon bayi dalam kandungan Mama.
Mama berisiko 10% lebih tinggi untuk kembali terkena hamil ektopik apabila sudah pernah mengalami sebelumnya.
Jadii, sebaiknya lakukan konsultasi dan pemeriksaan kehamilan ke dokter sesegera mungkin ketika kembali hamil agar kehamilan Mama tetap sehat dan berkembang dengan baik yaaa….
Apakah artikel MamaBear kali ini sudah menjawab pertanyaan Mama tentang hamil ektopik? Semoga dapat bermanfaat dan menambah informasi tentang kehamilan yaaa, Mama…
Dapatkan juga Informasi seputar ASI dan menyusui dengan mengunjungi Instagram @mamabearid, TikTok @mamabear_id, dan channel YouTube MamaBear Pelancar ASI. Sampai bertemu di artikel edukASI dan inspirASI lainnya!
Sources:
Ectopic Pregnancy: Causes, Symptoms & Treatments – Cleveland Clinic
Penatalaksanaan Abortus – Alomedika
Ectopic pregnancy – Treatment – NHS